Senin, 20 Juni 2011

PSEUDOMONAS AERUGINOSA


 Genus Pseudomonadaceae terdiri dari sejumlah kuman batang negatif Gram yang tidak meragi karbohidrat,hidup aerob di tanah dan air.
Dalam habitat alam tersebar luas dan memegang peranan penting dalam pembusukan zat organik. Bergerak dengan flagel polar, satu atau lebih. Beberapa diantaranya adalah fakultatif khemolitotrof, dapat memakai H2 atau CO sebagai sumber karbon. Katalasa positif.
Ada yang patogen bagi binatang atau tanaman dan ada yang patogen bagi kedua-duanya. Kebanyakan spesies Pseudomonas tidak menyebabkan infeksi pada manusia, tetapi kuman ini penting karena bersifat oportunis patogen, dapat menyebabkan infeksi pada individu dengan ketahanan tubuh yang menurun.
Infeksinya biasanya gawat, sulit diobati dan biasanya merupakan infeksi nosokomial. Genus Pseudomonas mempunyai spesies paling sedikit 10-12 yang penting dalam klinik.


ISI
PSEUDOMONAS AERUGINOSA

Kuman ini sering diubungkan dengan penyakit pada manusia. Organisme ini dapat merupakan penyebab 1-20% infeksi nosokomial. Sering diisolasi dari penderita neoplasik, luka dan luka bakar yang berat. Kuman ini juga dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan bagian bawah, saluran kemih, mata dan lain-lainnya.
Morfologi
Batang negatif Gram : 0,5 – 1,0 x 3,0 – 4,0 um.
Umumnya mempunyai flagel polar, tetapi kadang-kadang 2-3 flagel. Bila tumbuh pada perbenihan tanpa sukrosa terdapat lapisan lender polisakharida ekstraseluler.
Setruktur dinding sel sama dengan famili Enterobacteriaceae. Strain yang diisolasi dari bahan klinik sering mempunyai pili untuk perletakan pada permukaan sel dan memegang peranan penting dalam resistensi terhadap fagositosis.

Reaksi biokimia dan sifat biakan
Pseudomonas aeruginosa merupakan organisme yang sangat mudah beradaptasi dan dapat memakai 80 gugus organik yang berbeda untuk pertumbuhannya dan amonia sebagai sumber nitrogen.
Dapat tumbuh pada perbenihan yang dipakai untuk isolasi kuman Enterobacteriaceae dan mempunyai kemampuan untuk mentolerir keadaan alkalis, juga dapat tumbuh pada perbenihan untuk kuman vibrio. Meskipun pseudomonas merupakan organisme aerob, tetapi ia dapat mempergunakan nitrat dan arginin sebagai aseptor elektron dan tumbuh secara anaerob.
Suhu pertumbuhan optimum ialah 35°C, tetapi dapat juga tumbuh 42°C. Hasil isolasi bahan klinik sering memberikan beta hemolisis pada agar darah.
Pseudomonas aeruginosa adalah satu-satunya spesies yang menghasilkan :
1.      Piosianin, suatu pigmen yang larut dalam khloroform.
Strain lainnya menghasilkan pigmen fenazin. Pada perbenihan Pseudomonas pagar pembentukan pigmen akan bertambah.
1.      Fluoresen, suatu pigmen yang larut dalam air. Beberapa strain menghasilkan pigmen merah.

Daya tahan
Pseudomonas aeruginosa lebih resisten terhadap disinfektan dari pada kuman lain. Kuman ini menyenangi hidup dalam suasana lembab seperti pada peralatan pernafasan, air dingin, bedpan, lantai kamar mandi, tempat air dan lain-lainnya.
Kebanyakan antibiotika dan antimikroba tidak efektif terhadap kuman ini. Pernah diisolasi dari gugusan NH4 dan dari sabun heksakhlorofen. Fenol dan beta-glutaraldehid biasanya merupakan disinfektan yang efektif. Air mendidih dapat membunuh kuman ini.

Genetik
Pemindahan gen antar strain Pseudomonas dapat terjadi melalui :
-          konjugasi
-          transduksi
Resistensi terhadap karbenisilin secara genetik dapat dipindahkan melalui                R faktor. Untuk membedakan strain satu sama lain ialah dengan jalan reaksi serologic, tipe faga dan tipe piosin (bacteriocin).

Struktur antigen
Antigen O atau antgen somatik dipakai untuk menggolongkan pelbagai strain dalam tujuan epidemiologik. Pemeriksaan dengan bakteriofaga dan piosin perlu dilakukan untuk melengkapi sifat-sfat dari strain yang diisolasi selama epidemik. Juga lapisan lendir bersifat imunogenik dan memegang peranan dalam proteksi sel kuman terhadap fagositosis. Imunisasi aktif dan pasif terhadap lendir dapat mencegah efek letal dari toksin dan kuman-kuman hidup pada tikus.

Patogenesis
Mekanisme bagaimana Pseudomonas aeruginosa dapat menyebabkan penyakit manusia belum diketahui.
Patogenesis dan manifestasi klinik
Pseudomonas aeruginosa dapat mengadakan infeksi pada jaringan atau bagian dari tubuh. Lesi lokal terjadi pada luka atau luka bakar, kornea, saluran kemih dan paru-paru. Selain daripada itu juga dapat menyebabkan endokarditis bakterialis dan gastroenteritis. Infeksi jaringan kornea dapat menyebabkan kebutaan. Dari infeksi lokal kuman ini dapat menyebar melalui darah, sehingga menyebabkan septikemia angka kematian dapat mencapai 80%.
Pada penyakit Pneumonia Pseudomonas biasanya terjadi sianosis yang makin lama makin bertambah, biasanya dengan empiema. Dengan sinar X dapat dilihat adanya infiltrasi di dalam lobus bagian bawah yang bersifat nodular dan nekrosis dengan pembentukan abses. Mortalitas adalah tinggi pada Penumonia Pseudomonas.
Pada penderita leukemia mortalitas lebih tinggi bila menderita leukopeni yang berat. Pada penderita dengan fibrosis kistik, organisme ini sering berkapsul untuk mencegah fagositosis.

Diagnosis laboratorium
Isolasi
Pseudomonas dapat tumbuh pada pelbagai media.

Pengobatan
Kebanyakan antimikroba tidak efektif terhadap pseudomonas. Kebanyakan dari strain organisme ini peka terhadap : amikasin, gentamisin, tobramisin dan kolistin.
Kepekaan ini terus berkembang terutama pada pengobatan yang lama. Kira-kira 50 % sensitif terhadap karbenisol. Karbenisilin dan gentamisin invivo bekerja sinergik. Vaksin heptavalen (Pseudogen) telah dikembangkan dan efektif pada luka bakar.

Pengawasan
Penyebaran dari Pseudomonas akan meluas bila cara kerja cerobah, juga pencucian tangan yang tidak sempurna, desinfektan dan cara pemakaian kateter dan alat-alat pernapasan yang kurang disterilkan dengan baik. Typing dari strains penting untuk mengetahui sumber infeksi dan untuk mencegah penyebarannya
PENUTUP

Pseudomonas yang lain
Sejumlah Pseudomonas lain telah diisolasi dari lingkungan rumah sakit, dan ternyata hanya sebagai kontaminan. Kebanyakan dari organisme ini penghuni dari tanah, tetapi Pseudomonas mallei adalah patogen bagi binatang.

Pseudomonas cepacia :
Sering diisolasi dari lingkungan rumah sakit dan bahan klinik. Kuman ini mempunyai hubungan dengan penyakit : endokarditis, septikemia, infeksi luka dan infeksi saluran kemih. Kebanyakan resisten terhadap antibiotik.

Pseudomonas maltophilia :
Sering diisolasi dari orofaring dan sputum, juga dari lingkungan dan dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Dapat menginfeksi luka, saluran kemih dan darah. Kebanyakan resistensi terhadap antibiotika.

Pseudomonas mallei :
Organisme ini penyebab penyakit kelenjar pada kuda dan keledai. Manusia mendapat infeksi karena kontak melalui goresan kulit atau inhalasi.

Pseudomonas pseudomallei :
Organisme ini merupakan penghuni biasa dari tanah, menyebabkan meliodosis yaitu suatu penyakit kelenjar pada manusia. Organisme ini masuk ke dalam badan dengan jalan inhalasi atau melalui kulit lecet. Memberikan penyakit pulmonalis Yang ringan serupa tuberkulosis atau penyakit jamur. Meliodosis dapat juga berupa septikemia  dan menyebabkan kematian cepat.
Reaksi penyakitnya dapat terjadi setelah beberapa tahun diberi nama Vietnamese timbomb. Dapat diisolasi dari : spuntum, urin, pus atau darah.
DAFTAR PUSTAKA

Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1994 : Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Binarupa Akasara.

Rabu, 15 Juni 2011

Efek Bintang Jatuh dan Daun Gugur

 Untuk mempercantik blog,memang banyak ccaranya dan banyak widget yang digunakan.salah satunya yang akan saya bahas adalah tips untuk menghias blog dengan menambahkan Efek Bintang Jatuh dan Daun Gugur, mungkin sobat yang ingin menggunakan dapat di tambahkan ke dalam blog yaitu :

  1. Efek Bintang Berjatuhan
  2. Efek Daun Berjatuhan

Langkah Memasukan kode HTML Bintang/Daun Berjatuhan

Anda dapat menggunakan salah satu dari kode HTML tersebut dengan langkah yaitu :

  1. Login ke Blogger dengan ID Anda
  2. Pada Dasbor Klik Tata Letak
  3. Klik Tambah Gadget pada Elemen Halaman
  4. Klik HTML/JavaScript pada jendela Tambahkan Gadge
Copy salah satu kode HTML dibawah ini pada jendela Mengkonfigurasi HTML/JavaScript

<script src="http://www.geocities.com/sehatserasi72/efekbintangberjatuhan.js"></script>

<script src="http://www.geocities.com/sehatserasi72/efekdaunberguguran.js"></script>

  • 5. Klik Simpan

  • 6. Selesai


  • Daftra Pustaka :
    http://www.ajurna.net/2010/01/efek-bintang-jatuh-dan-daun-gugur.html


  • Vibrio cholera


    BAB I
    Pendahuluan

    A. Pendahuluan
                Penyakit saluran pencernaan akut yang disebabkan oleh bakteri dan ditandai gejala dalam bentuknya yang berat dengan onset yang tiba-tiba, diare terus menerus, cair seperti air cucian beras, tanpa sakit perut, disertai muntah dan mual di awal timbulnya penyakit. Pada kasus-kasus yang tidak diobati dengan cepat dan tepat dapat terjadi dehidrasi, asidosis, kolaps, hipoglikemi pada anak serta gagal ginjal. Infeksi tanpa gejala biasanya lebih sering terjadi daripada infeksi dengan gejala, terutama infeksi oleh biotipe El Tor; gejala ringan dengan hanya diare, umum terjadi, terutama dikalangan anak-anak. Pada kasus berat yang tidak diobati (kolera gravis), kematian bisa terjadi dalam beberapa jam, dan CFR-nya bisa mencapai 50 %. Dengan pengobatan tepat, angka ini kurang dari 1 %.
    Diagnosa ditegakkan dengan mengisolasi Vibrio cholera dari serogrup O1 atau O139 dari tinja. Jika fasilitas laboratorium tidak tersedia, Cary Blair media transport dapat digunakan untuk membawa atau menyimpan spesimen apus dubur (Rectal Swab).
                Untuk diagnosa klinis presumtif cepat dapat dilakukan dengan mikroskop medan gelap atau dengan visualisasi mikroskopik dari gerakan vibrio yang tampak seperti shooting stars atau bintang jatuh, dihambat dengan antisera serotipe spesifik yang bebas bahan pengawet. Untuk tujuan epidemiologis, diagnosa presumtif dibuat berdasarkan adanya kenaikan titer antitoksin dan antibodi spesifik yang bermakna. Di daerah non-endemis, organisme yang diisolasi dari kasus indeks yang dicurigai sebaiknya dikonfirmasikan dengan pemeriksaan biokimiawi dan pemeriksaan serologis yang tepat serta dilakukan uji kemampuan organisme untuk memproduksi toksin kolera atau untuk mengetahui adanya gen toksin. Pada saat terjadi wabah, sekali telah dilakukan konfirmasi laboratorium dan uji sensitivitas antibiotik, maka terhadap semua kasus yang lain tidak perlu lagi dilakukan uji laboratorium.
                Berdasarkan uraian diatas maka penyaji merasa tertarik untuk untuk menyajikan makalah dalam bab ini.

    B. Tujuan Penulisan
                Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
     a. Meningkatkan pengetahuan tentang pengertian Infeksi Oleh Vibrio Cholera.
     b. Mendapatkan gambaran yang jelas tentang Proses Vibrio Cholera.
     c. Memberi saran dan alternatif pemecahan masalah terkait permaslahan Vibrio Cholera.

    C. Ruang Lingkup
                Karena luas nya permasalah tentang infeksi dan banyaknya literatur yang berkebaan dengan proses infeksi maka penulis hanya membatasi penulisan tentang proses Vibrio Cholera.

    D. Metode Penulisan
                Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu memberi gambaran tentang proses Vibrio Cholera yang dilakukan dengan cara :
    a. Studi perpustakaan yaitu dengan pendekatan teoritis untuk mendapatkan dasar-dasar ilmiah yang berhubungan dengan permasalahan dalam makalah ini.
    b. Browsing melalui layananan internet untuk menambah literatur yang ada.

                                                                           
                                                                            BAB II
                                                                               ISI


    A. Identifikasi
                Penyakit saluran pencernaan akut yang disebabkan oleh bakteri dan ditandai gejala dalam bentuknya yang berat dengan onset yang tiba-tiba, diare terus menerus, cair seperti air cucian beras, tanpa sakit perut, disertai muntah dan mual di awal timbulnya penyakit. Pada kasus-kasus yang tidak diobati dengan cepat dan tepat dapat terjadi dehidrasi, asidosis, kolaps, hipoglikemi pada anak serta gagal ginjal. Infeksi tanpa gejala biasanya lebih sering terjadi daripada infeksi dengan gejala, terutama infeksi oleh biotipe El Tor; gejala ringan dengan hanya diare, umum terjadi, terutama dikalangan anak-anak. Pada kasus berat yang tidak diobati (kolera gravis), kematian bisa terjadi dalam beberapa jam, dan CFR-nya bisa mencapai 50 %. Dengan pengobatan tepat, angka ini kurang dari 1 %.
    Diagnosa ditegakkan dengan mengisolasi Vibrio cholera dari serogrup O1 atau O139 dari tinja. Jika fasilitas laboratorium tidak tersedia, Cary Blair media transport dapat digunakan untuk membawa atau menyimpan spesimen apus dubur (Rectal Swab).
                Untuk diagnosa klinis presumtif cepat dapat dilakukan dengan mikroskop medan gelap atau dengan visualisasi mikroskopik dari gerakan vibrio yang tampak seperti shooting stars atau bintang jatuh, dihambat dengan antisera serotipe spesifik yang bebas bahan pengawet. Untuk tujuan epidemiologis, diagnosa presumtif dibuat berdasarkan adanya kenaikan titer antitoksin dan antibodi spesifik yang bermakna. Di daerah non-endemis, organisme yang diisolasi dari kasus indeks yang dicurigai sebaiknya dikonfirmasikan dengan pemeriksaan biokimiawi dan pemeriksaan serologis yang tepat serta dilakukan uji kemampuan organisme untuk memproduksi toksin kolera atau untuk mengetahui adanya gen toksin. Pada saat terjadi wabah, sekali telah dilakukan konfirmasi laboratorium dan uji sensitivitas antibiotik, maka terhadap semua kasus yang lain tidak perlu lagi dilakukan uji laboratorium

    B. Penyebab Penyakit.
                Vibrio cholera serogrup O1 terdiri dari dua biotipe yaitu Vibrio klasik dan Vibiro El Tor dan yang terdiri dari serotipe Inaba, Ogawa dan Hikojima (jarang ditemui). Vibrio cholera O139 juga menyebabkan kolera tipikal. Gambaran klinis dari penyakit yang disebabkan oleh Vibrio cholera O1 dari kedua biotipe dan yang disebabkan oleh Vibrio cholera O139 adalah sama karena enterotoksin yang dihasilkan oleh organisme ini hampir sama. Pada setiap kejadian wabah atau KLB, tipe organisme tertentu cenderung dominan, saat ini biotipe El Tor adalah yang paling sering ditemukan. Di kebanyakan daerah di India dan Bangladesh, sebagian besar dari kejadian kolera disebabkan oleh Vibrio cholera O139 dan Vibrio cholera O1 dari biotipe klasik ditemukan di Bangladesh selama dekade lalu. Beberapa jenis Vibrio yang secara biokimiawi tidak dapat dibedakan satu sama lain, tetapi tidak menggumpal dengan antisera Vibrio cholera serogrup O1 (strain non-O1, dahulu di kenal sebagai Vibrio yang tidak menggumpal (NAGs) atau juga dikenal sebagai “Non Cholera Vibrio” (NCVsJ) sekarang dimasukkan ke dalam spesies Vibrio cholera.            Beberapa strain kolera memproduksi enterotoksin tetapi kebanyakan tidak. Sebelum tahun 1992, strain non-O1 diketahui sebagai penyebab diare sporadis dan jarang menyebabkan KLB dan tidak pernah sebagai penyebab wabah yang menelan korban banyak. Namun pada akhir tahun 1992 wabah kolera dengan dehidrasi berat terjadi di India dan Bangladesh dengan jumlah korban yang sangat banyak.    Organisme penyebabnya adalah serogrup baru dari Vibrio cholera O139, yang menghasilkan toksin kolera yang sama dengan O1 tetapi berbeda, pada struktur lipo polisakaridanya (LPS) dan berbeda dalam kemampuan memproduksi antigen kapsuler. Gambaran klinis dan epidemiologis dari penyakit yang disebabkan oleh organisme ini dengan ciri khas kolera, dan harus dilaporkan sebagai kolera. Wabah oleh strain O-139 yang mempunyai faktor virulensi yang sama seperti Vibrio cholera O1 El Tor, faktor ini nampaknya diperoleh dari hilangnya bagian gen yang menyandikan (Encode) antigen lipo polisakarida dari O1 strain El Tor di ikuti dengan bersatunya sebagian besar fragmen dari DNA baru yang menyandikan (encoding) enzim yang memungkinkan terjadinya sintesa dari liposakarida dan kapsul dari O 139. Melaporkan Infeksi Vibrio cholera O1 non-toksikogenik atau infeksi Vibrio cholera non O1, selain O139 sebagai, kolera, adalah laporan yang tidak akurat dan membingungkan.

    C. Distribusi penyakit.
                Selama abad 19, pandemi kolera menyebar berulang kali dari delta Sungai Gangga di India ke seluruh dunia. Sampai dengan pertengahan abad ke 20, penyakit ini terbatas hanya terjadi di Asia, kecuali kejadian wabah kolera yang menelan banyak korban di Mesir pada tahun 1947. Selama setengah abad terakhir abad ke 20 gambaran epidemiologis kolera ditandai dengan 3 ciri utama.
    1). Terjadinya pandemi ke 7 kolera yang disebabkan oleh Vibrio cholera O1 El Tor, dengan korban yang sangat banyak.
    2). Diketahui adanya reservoir lingkungan dari kolera, salah satunya adalah di sepanjang pantai teluk Meksiko di AS.
    3). Munculnya untuk pertama kali ledakan wabah besar dari Cholera gravis yang disebabkan oleh organisme Vibrio cholera dari serogrup selain O1, (Vibrio cholera O139).
    Sejak tahun 1961, Vibrio cholera dari biotipe El Tor telah menyebar dari Indonesia melalui sebagian besar Asia ke Eropa Timur. Pada tahun 1970, biotipe ini masuk ke Afrika bagian barat dan menyebar dengan cepat di benua itu dan menjadi endemis di sebagian besar negara Afrika. Beberapa kali KLB kolera telah terjadi di semenanjung Iberia dan Itali pada tahun 1970 an.
    Kolera El Tor kembali ke Benua Amerika di tahun 1991, sesudah menghilang selama satu abad dan menyebabkan ledakan-ledakan wabah sepanjang pantai Pasifik di Peru. Dari Peru, kolera dengan cepat menyebar ke negara-negara tetangga, dan pada tahun 1994, kira-kira 1 juta kasus kolera tercatat terjadi di Amerika Latin. Perlu di catat, walaupun manifestasi klinis penyakit ini sama beratnya dengan yang terjadi di bagian lain di dunia, namun keseluruhan CFR kolera di Amerika Latin bisa ditekan tetap rendah (sekitar 1%) kecuali di pedesaan di pegunungan Andes dan wilayah Amazona dimana fasilitas pelayanan kesehatan sangat jauh.
                Perlu dicatat secara spesifik bahwa telah terjadi KLB kolera El Tor diantara pengungsi Rwanda di Goma, Zaire, pada bulan Juli tahun 1994 dengan 70.000 penderita dan 12.000 orang diantaranya tewas dalam kurun waktu kurang dari sebulan. Secara keseluruhan, 384.403 penderita dan 10.692 kematian akibat kolera dilaporan ke WHO pada tahun 1994 oleh 94 negara. CFR global pada tahun 1994 adalah 2,8 % yang bervariasi dari 1% di AS, 1,3 % di Asia dan 5 % di Afrika.
                Variasi angka ini mencerminkan perbedaan dalam sistim pelaporan dan akses terhadap pengobatan yang tepat, tidak menggambarkan virulensi dari organisme penyebab.
    Kecuali untuk dua kasus kolera yang didapatkan karena infeksi dilaboratorium, dibelahan bumi bagian Barat tidak ditemukan penderita kolera indigenous sejak tahun 1911 sampai dengan 1973, pada saat itu di Texas ditemukan penderita dengan V. cholerae El Tor Inaba sebagai penyebab, dimana sumbernya tidak diketahui.
                Pada tahun 1978 dan awal 1990 an ditemukan secara sporadis penderita dengan infeksi V. cholerae El Tor Inaba di Louisiana dan Texas.
    Timbulnya kasus-kasus kolera diatas disepanjang Gulf Coast Amerika selama bertahun-tahun disebabkan oleh satu strain indigenous yang berasal dari reservoir lingkungan dari V. cholerae O1 El Tor Inaba disepanjang pantai teluk Mexico.
                Pada bulan Oktober 1992, KLB kolera terjadi secara serentak di beberapa daerah di Negara Bagian Tamilnadu, India. Strain yang diisolasi dari KLB ini tidak menggumpal dengan antisera O1, begitu pula strain ini pada pemeriksaan laboratorium tidak dapat diidentifikasi dengan panel standar antisera dari Vibrio cholera 138 non O1. Serogrup baru, yang disebut O 139 Bengal menyebar dengan cepat ke seluruh negara bagian dan kawasan sekitarnya, dalam beberapa bulan menyebabkan ratusan ribu orang terserang. Selama periode wabah, V. cholerae O139 menggantikan strain V. cholerae O1 pada hampir semua pasien yang dirawat di rumah sakit dan dari sampel yang diambil dari air permukaan. Wabah terus menyebar sepanjang tahun 1994 dengan penderita kolera O139 yang dilaporkan dari 11 negara di Asia. Strain baru ini diperkirakan menyebar ke benua lain melalui para pelancong yang terinfeksi didaerah tujuan wisata, tetapi tidak dilaporkan adanya penyebaran sekunder diluar Asia. Bahwa wabah O139 yang terjadi di Asia pada awal tahun 1990-an dipercaya sebagai awal terjadinya pandemi ke 8 dari kolera. Namun O139 bukan hanya tidak menyebar dan menyebabkan wabah di Afrika dan Amerika Selatan tetapi ia juga menghilang dengan cepat baik di India maupun Bangladesh. Dan bahkan menghilang dari daerah dimana strain ini berasal dan pernah menyebar. Kalaupun ditemukan dibagian lain didunia, O139 sebagai penyebab tidak lebih dari 5 – 10 % dari seluruh kasus kolera. Kolera O 139 di masa yang akan datang diduga dapat menyebabkan wabah yang sangat besar di bagian lain di dunia dan karenanya membutuhkan surveilans internasional yang terus menerus.
                Semenjak kolera kembali menyerang Amerika Latin pada tahun 1990 an, para pelancong yang terserang kolera meningkat dengan tajam. Dengan menggunakan metode bakteriologis yang canggih (media TCBS) berbagai studi prospektif telah dilakukan dan membuktikan bahwa insiden kolera yang menyerang para pelancong di AS dan yang menyerang turis Jepang cukup tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya.

    D. Reservoir
                Reservoirnya adalah : Manusia; pengamatan yang dilakukan di AS, Bangladesh dan Australia selama lebih dari 2 dekade menunjukkan adanya reservoir lingkungan, dimana vibrio diduga hidup pada copepoda dan zooplankton yang hidup diperairan payau dan muara sungai.

    E. Cara penularan
                Masuk melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi secara langsung atau tidak langsung oleh tinja atau muntahan dari orang yang terinfeksi. El Tor dan O139 dapat bertahan di air dalam jangka waktu yang lama. Pada saat wabah El Tor sekala besar terjadi di Amerika Latin pada tahun 1991, penularan yang cepat dari kolera terjadi melalui air yang tercemar karena sistem PAM perkotaan yang tidak baik, air permukaan yang tercemar, sistem penyimpanan air dirumah tangga yang kurang baik. Makanan dan minuman pada saat itu diolah dengan air yang tercemar dan di jual oleh pedagang kaki lima, bahkan es dan air minum yang dikemaspun juga tercemar oleh vibrio cholerae. Biji-bijian yang dimasak dengan saus pada saat wabah itu terbukti berperan sebagai media penularan kolera. Vibrio cholerae yang dibawa oleh penjamah makanan dapat mencemari salah satu dari jenis makanan yang disebutkan diatas yang apabila tidak disimpan dalam lemari es dalam suhu yang tepat, dapat meningkatkan jumlah kuman berlipat ganda dalam waktu 8 – 12 jam. Sayuran dan buah-buahan yang dicuci dan dibasahi dengan air limbah yang tidak diolah, juga menjadi media penularan. Terjadinya wabah maupun munculnya kasus sporadis sering disebabkan oleh karena mengkonsumsi seafood mentah atau setengah matang. Air yang tercemar sering berperan sebagai media penularan seperti yang terjadi pada KLB di Guam, Kiribati, Portugal, Itali dan Ekuador. Pada kejadian lain, seperti di AS, kasus sporadis kolera justru timbul karena mengkonsumsi seafood mentah atau setengah matang yang ditangkap dari perairan yang tidak tercemar.
    Sebagai contoh Kasus kolera yang muncul di Louisiana dan Texas menyerang orang-orang yang mengkonsumsi kerang yang diambil dari pantai dan muara sungai yang diketahui sebagai reservoir alami dari Vibrio cholera O1 serotipe Inaba, muara sungai yang tidak terkontaminasi oleh air limbah. Kolera klinis didaerah endemis biasanya ditemukan pada kelompok masyarakat ekonomi lemah.

    F. Masa inkubasi
                Dari beberapa jam sampai 5 hari, biasanya 2 – 3 hari.

    G. Masa penularan
                Diperkirakan selama hasil pemeriksaan tinja masih positif, orang tersebut masih menular, berlangsung sampai beberapa hari sesudah sembuh. Terkadang status sebagai carrier berlangsung hingga beberapa bulan. Berbagai jenis antibiotika diketahui efektif terhadap strain infektif (misalnya tetrasiklin untuk strain O139 dan kebanyakan strain O1). Pemberian antibiotika memperpendek masa penularan walaupun sangat jarang sekali, ditemukan infeksi kandung empedu kronis berlangsung hingga bertahun-tahun pada orang dewasa yang secara terus menerus mengeluarkan vibrio cholerae melalui tinja.

    H. Kekebalan dan Kerentanan
                Resistensi dan kerentanan seseorang sangat bervariasi achlorhydria, lambung meningkatkan risiko terkena penyakit, sedangkan bayi yang disusui terlindungi dari infeksi. Kolera gravis biotipe El Tor dan Vibrio cholera O139 secara bermakna lebih sering menimpa orang-orang dengan golongan darah O. Infeksi oleh V. cholerae O1 atau O139 meningkatkan titer antibodi penggumpalan maupun antibodi terhadap toksin dan meningkatkan daya tahan terhadap infeksi. Serum antibodi terhadap Vibrio Cholera bisa dideteksi sesudah terjadi infeksi oleh O1 (namun uji spesifik, sensitif dan prosedur pemeriksaan yang dapat dipercaya seperti untuk O1 saat ini tidak ada untuk infeksi O139). Adanya serum antibodi terhadap vibrio cholerae ini sebagai bukti adanya perlindungan terhadap kolera O1. Studi lapangan menunjukkan bahwa infeksi klinis awal oleh Vibrio cholera O1 dari biotipe klasik memberikan perlindungan terhadap infeksi biotipe klasik maupun El Tor; sebaliknya infeksi klinis awal oleh biotipe El Tor memberikan perlindungan jangka panjang namun sangat rendah dan terbatas terhadap infeksi El Tor saja. Di daerah endemis, kebanyakan orang memperoleh antibodi pada awal masa beranjak dewasa. Infeksi oleh strain O1 tidak memberi perlindungan terhadap infeksi O 139 dan sebaliknya. Studi eksperimental yang dilakukan pada sukarelawan, menunjukkan bahwa infeksi klinis awal oleh Vibrio cholera O139 memberikan proteksi yang cukup bermakna terhadap diare karena infeksi Vibrio cholera O139.

    I. Cara – cara pemberantasan
     1. Tindakan pencegahan
     a. Pemberian Imunisasi aktif dengan vaksin mati whole cell, yang diberikan secara parenteral kurang bermanfaat untuk penanggulangan wabah maupun untuk penanggulangan kontak. Vaksin ini hanya memberikan perlindungan parsial (50%) dalam jangka waktu yang pendek (3 – 6 bulan) di daerah endemis tinggi tetapi tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi asimptomatik; oleh karena itu pemberian imunisasi tidak direkomendasikan. Dua jenis Vaksin oral yang memberikan perlindungan cukup bermakna untuk beberapa bulan terhadap kolera yang disebabkan oleh strain O1, kini tersedia di banyak negara. Pertama adalah vaksin hidup (strain CVD 103 – HgR, dosis tunggal tersedia dengan nama dagang Orachol® di Eropa dan Mutacol di Kanada, SSV1); yang lainnya adalah vaksin mati yang mengandung vibrio yang diinaktivasi ditambah dengan subunit B dari toksin kolera, diberikan dalam 2 dosis (Dukoral, SBL). Sampai dengan akhir tahun 1999, vaksin-vaksin ini belum mendapat lisensi di AS.
     b. Tindakan pencegahan yang melarang atau menghambat perjalanan orang, pengangkutan bahan makanan atau barang tidak dibenarkan.



    B. Pengawasan penderita, kontak atau lingkungan sekitarnya
    1). Laporan kepada instansi kesehatan setempat: Laporan kasus kolera umumnya diwajibkan sesuai dengan Peraturan Kesehatan Internasional (International Health Regulation,1969). Edisi beranotasi Ketiga (Third Annotated Edition, 1983), dan IHR yang di perbarui dan di cetak ulang pada tahun 1992, WHO, Geneva; kelas 1 (lihat tentang pelaporan penyakit menular). Saat ini sedang dilakukan revisi terhadap IHR.
    2). Isolasi : perawatan di rumah sakit dengan memperlakukan kewaspadan enterik di perlukan untuk pasien berat; isolasi ketat tidak diperlukan. Untuk penderita yang tidak begitu berat, dapat di perlakukan sebagai penderita rawat jalan, diberi rehidrasi oral dan antibiotika yang tepat. Ruang perawatan kolera yang penuh sesak dengan penderita dapat di operasikan tanpa perlu khawatir dapat menimbulkan ancaman penularan kepada petugas kesehatan dan pengunjung asalkan prosedur cuci tangan secara efektif serta prosedur kebersihan perorangan di laksanakan dengan baik. Pemberantasan terhadap lalat juga perlu dilakukan.
    3). Disinfeksi serentak : Dilakukan terhadap tinja dan muntahan serta bahan-bahan dari kain (linen, seperti sprei, sarung bantal dan lain-lain) serta barang-barang lain yang digunakan oleh penderita, dengan cara di panaskan, diberi asam karbol atau disinfektan lain. Masyarakat yang memiliki sistem pembuangan kotoran dan limbah yang modern dan tepat, tinja dapat langsung dibuang ke dalam saluran pembuangan tanpa perlu dilakukan disinfeksi sebelumnya. Pembersihan menyeluruh.
    4). Karantina :Tidak diperlukan.
    5). Manajemen kontak : Lakukan surveilans terhadap orang yang minum dan mengkonsumsi makanan yang sama dengan penderita kolera, selama 5 hari setelah kontak terakhir. Jika terbukti kemungkinan adanya penularan sekunder didalam rumah tangga, anggota rumah tangga sebaiknya di beri pengobatan kemoprofilaksis; untuk orang dewasa adalah tetrasiklin (500 mg 4 kali sehari) atau doksisiklin (dosis tunggal 300 mg) selama 3 hari, kecuali untuk strain lokal yang diketahui atau diduga resisten terhadap tetrasiklin. Anak-anak juga bisa diberikan tetrasiklin (50mg/kg/hari dibagi ke dalam 4 dosis) atau doksisiklin (dosis tunggal 6 mg/kg) selama 3 hari, dengan pemberian tetrasiklin dalam waktu yang singkat, tidak akan terjadi noda pada gigi. Pengobatan profilaktik alternatif yang bisa digunakan untuk strain V. cholerae O1 yang resisten terhadap tetrasiklin adalah: Furazolidon (Furoxone®) (100 mg 4 kali sehari untuk orang dewasa dan untuk anak-anak 1.25 mg/kg 4 kali sehari), eritromisin (dosis anak-anak 40 mg/kg sehari dibagi ke dalam 4 dosis dan untuk orang dewasa 250 mg, 4 kali sehari); TMP-SMX (320 mg TMP dan 1600 mg SMX dua kali sehari untuk orang dewasa dan 8 mg/kg TMP dan 40 mg/kg SMX sehari dibagi ke dalam 2 dosis untuk anak-anak); atau siprofloksasin (500 mg dua kali sehari untuk orang dewasa). TMP-SMX tidak bermanfaat untuk infeksi V. cholerae O139 karena strain ini resisten pada obat-obat antimikroba jenis ini. Kemoprofilaksis masal untuk semua anggota masyarakat tidak pernah di lakukan karena dapat menyebabkan resistensi terhadap antibiotika. Imunisasi terhadap kontak tidak dianjurkan.
    6). Investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi : Lakukan investigasi terhadap kemungkinan sumber infeksi berasal dari air minum dan makanan yang terkontaminasi. Makanan yang dikonsumsi 5 hari sebelum sakit harus di tanyakan. Pencarian dengan cara mengkultur tinja untuk kasus-kasus yang tidak dilaporan hanya disarankan dilakukan terhadap anggota rumah tangga atau terhadap orang-orang yang kemungkinan terpajan dengan satu sumber (Common source) didaerah yang sebelumnya tidak terinfeksi.
    7). Pengobatan spesifik : Ada tiga cara pengobatan bagi penderita Kolera : 1). Terapi rehidrasi agresif. 2). Pemberian antibiotika yang efektif. 3). Pengobatan untuk komplikasi. Dasar dari terapi kolera adalah rehidrasi agresif melalui oral dan intravena yang dilakukan untuk memperbaiki kekurangan cairan dan elektrolit, juga untuk mengganti cairan akibat diare berat yang sedang berlangsung. Antibiotika yang tepat adalah terapi tambahan yang sangat penting terhadap pemberian cairan, karena pemberian antibiotika dapat mengurangi volume dan lamanya diare dan dengan cepat mengurangi ekskresi dari vibrio sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya penularan sekunder. Akhirnya pada saat terapi rehidrasi cukup efektif, dan penderita tertolong dari renjatan hipovolemik dan tertolong dari dehidrasi berat, penderita dapat mengalami komplikasi seperti hipoglikemi yang harus di ketahui dan di obati dengan segera. Jika hal diatas dilakukan dengan baik maka angka kematian (CFR) bahkan pada ledakan KLB di negara berkembang dapat ditekan dibawah 1 %.
    Untuk memperbaiki dehidrasi, asidosis dan hipokalemia pada penderita dengan dehidrasi ringan hingga sedang cukup dengan hanya memberikan larutan rehidrasi oral (Oralit) yang mengandung glukosa 20g/l (atau sukrosa 40 gr/l atau dengan air tajin 50g/L), NaCl (3.5 g/L), KCl (1.5 g/L); dan trisodium sitrat dihidrat (2.9 g/L) atau NaHCO3 (2.5 g/L). Kehilangan cairan pada penderita dengan dehidrasi ringan hingga sedang di perbaiki dengan rehidrasi oral sebagai pengganti cairan, diberikan lebih dari 4 – 6 jam, agar jumlah yang diberikan dapat mengganti cairan yang diperkirakan hilang (kira-kira 5 % dari berat badan untuk dehidrasi ringan dan 7 % pada dehidrasi sedang). Kehilangan cairan yang berlangsung terus dapat digantikan dengan memberikan, selama lebih dari 4 jam, cairan per oral sebanyak 1.5 kali dari volume tinja yang hilang selama 4 jam sebelumnya.
    Penderita yang menderita renjatan sebaiknya diberi rehidrasi intra vena cepat dengan larutan multielektrolit seimbang yang mengandung kira-kira 130 mEq/L Na+, 25 - 48 mEq/L bikarbonat, asetat atau ion laktat, dan 10-15 mEq/L K+. Larutan yang sangat bermanfaat antara lain Ringer’s laktat atau Larutan Pengobatan Diare dari WHO (4 gr NaCl, 1 g KCl, 6.5 gr natrium asetat dan 8 gr glukosa/L) dan “Larutan Dacca” (5 g NaCL, 4 gr NaHCO3, dan 1 g KCL/L), yang dapat dibuat ditempat pada keadaan darurat. Penggantian cairan awal sebaiknya diberikan 30ml/kg BB pada jam pertama untuk bayi dan pada 30 menit pertama untuk penderita berusia diatas 1 tahun, dan sesudahnya pasien harus di nilai kembali. Sesudah dilakukan koreksi terhadap sistem cairan tubuh yang kolaps, kebanyakan penderita cukup diberikan rehidrasi oral untuk melengkapi penggantian 10 % defisit awal cairan dan untuk mengganti cairan hilang yang sedang berlangsung.
    Antibiotika yang tepat dapat memperpendek lamanya diare, mengurangi volume larutan rehidrasi yang dibutuhkan dan memperpendek ekskresi vibrio melalui tinja. Orang dewasa diberi tetrasiklin 500 mg 4 kali sehari dan anak anak 12.5 mg/kg 4 kali sehari selama 3 hari. Pada saat Strain V. cholerae yang resisten terhadap tetrasiklin sering ditemukan, maka pengobatan dilakukan dengan pemberian antimikroba alternatif yaitu TMP-SMX (320 mg trimethoprim dan 1600 mg sulfamethoxazol dua kali sehari untuk orang dewasa dan 8 mg/kg trimethoprim dan 40 mg/kg sulfamethoxazol sehari dibagi dalam 2 dosis untuk anak-anak, selama 3 hari); furazolidon (100 mg 4 kali sehari untuk orang dewasa dan 1.25 mg/kg 4 kali sehari untuk anak-anak, selama 3 hari); atau eritromisin (250 mg 4 kali sehari untuk orang dewasa dan 10 mg/kg 3 kali sehari untuk anak-anak selama 3 hari). Siprofloksasin, 250 mg sekali sehari selama 3 hari, juga merupakan regimen yang baik untuk orang dewasa. V. cholerae strain O139 resisten terhadap TMP-SMX. Oleh karena ditemukan strain O139 atau O1 yang mungkin resisten terhadap salah satu dari antimikroba ini, maka informasi tentang sensitivitas dari strain lokal terhadap obat-obatan ini perlu diketahui, jika fasilitas untuk itu tersedia, informasi ini digunakan sebagai pedoman pemilihan terapi antibiotika yang tepat.

    C. Penanggulangan wabah.
    1). Berikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat di daerah risiko tinggi untuk segera mencari pengobatan bila sakit.
    2). Sediakan fasilitas pengobatan yang efektif
    3). Lakukan tindakan darurat untuk menjamin tersediaanya fasilitas air minum yang aman. Lakukan klorinasi pada sistem penyediaan air bagi masyarakat, walaupun diketahui bahwa sumber air ini tidak terkontaminasi. Lakukan klorinasi atau masaklah air yang akan di minum, dan air yang akan dipakai untuk mencuci alat-alat masak dan alat-alat untuk menyimpan makanan kecuali jika tersedia air yang telah di klorinasi dengan baik dan terlindungi dari kontaminasi.
    4). Lakukan pengawasan terhadap cara-cara pengolahan makanan dan minuman yang sehat. Setelah diolah dan dimasak dengan benar, lindungi makanan tersebut dari kontaminasi oleh lalat dan penanganan yang tidak saniter; makanan sisa sebaiknya di panaskan sebelum dikonsumsi. Orang yang menderita diare sebaiknya tidak menjamah atau menyediakan makanan dan minuman untuk orang lain. Makanan yang disediakan pada upacara pemakaman korban kolera mungkin tercemar dan selama wabah berlangsung makanan di tempat seperti ini sebaiknya dihindari.
    5). Lakukan investigasi dengan sungguh-sungguh dengan desain sedemikian rupa untuk menemukan media dan lingkungan yang memungkinkan terjadinya penularan menurut variable orang, tempat dan waktu serta buatlah rencana penanggulangan yang memadai.
    6). Sediakan fasilitas pembuangan sampah dan limbah domestik sesuai dengan syarat kesehatan.
    7). Pemberian imunisasi dengan suntikan vaksin kolera Whole cell tidak dianjurkan.
    8). Pada saat situasi wabah relatif mulai tenang, vaksin kolera oral dapat diberikan sebagai tambahan terhadap upaya penanggulangan wabah kolera. Namun, vaksin ini sebaiknya tidak digunakan pada saat suasana masih panik atau pada saat terjadi kekurangan persediaan air yang parah yang dapat mempengaruhi penyediaan terapi rehidrasi oral.

    D. Implikasi bencana : risiko terjadinya KLB sangat tinggi di daerah di suatu daerah endemis kolera, apabila didaerah tersebut orang berkumpul bersama dalam jumlah besar tanpa penanganan makanan yang baik serta tanpa tersedianya fasilitas sanitasi yang memadai.

    E. Tindakan internasional :
    1). Pemerintah suatu negara harus segera melaporkan kepada WHO dan negara tetangga melalui media elektronika apabila pertama kali ditemukan penderita kolera yang disebabkan oleh V. cholerae O1 atau O139 dari suatu daerah/wilayah yang sebelumnya bebas dari kolera. Tidak perduli apakah kasus itu adalah kasus import ataukah bukan. Di AS, para klinisi dan ahli mikrobiologi melaporkan setiap kasus yang di curigai sebagai kolera kepada ahli epidemiologis negara bagian; dan departemen kesehatan negara bagian tersebut akan melaporkan kasus ini ke CDC, Atlanta. CDC kemudian akan mengkonfirmasikan kasus ini dan selanjutnya melaporkan ke WHO.
    2). Tindakan dan prosedur untuk mencegah penularan yang di terapkan pada kapal laut, pesawat udara dan angkutan darat yang datang dari daerah terjangkit kolera tercantum dalam Peraturan Kesehatan Internasional (International Health Regulation) 1996, Edisi beranotasi ke tiga (Third Annotated Edition, 1983), di perbaharui dan di cetak ulang pada tahun 1992 oleh WHO di Genewa. IHR saat ini sedang direvisi, diharapkan edisi revisi ini bias selesai pada tahun 2005.
    3). Pelancong internasional: Imunisasi dengan suntikan vaksin kolera whole cell tidak direkomendasikan oleh WHO bagi mereka yang mengadakan perjalanan dari suatu negara ke negara di manapun di dunia dan secara resmi tidak ada satu negarapun yang mensyaratkan pemberian imunisasi ini. Imunisasi dengan vaksin oral dianjurkan bagi mereka yang akan mengadakan perjalanan dari negara maju ke negara endemis ataupun kenegara yang sedang mengalami wabah kolera. Di negara-negara ini dimana vaksin oral telah memperoleh ijin beredar, imunisasi dianjurkan untuk diberikan kepada pelancong yang diketahui mempunyai faktor risiko, seperti mereka dengan hipoklorhidria (sebagai akibat dari gastrektomi ataupun pengobatan) atau kepada mereka yang menderita penyakit jantung (misalnya aritmia), orang tua ataupun mereka dengan golongan darah O. Sejak akhir tahun 1999, vaksin ini tidak lagi di ijinkan beredar di AS.
    Peraturan Kesehatan Internasional (International Health Regulation) menyatakan bahwa : “orang yang melakukan perjalanan internasional, dan datang dari daerah terjangkit kolera yang masih dalam masa inkubasi serta orang yang menunjukkan gejala kolera, harus menyerahkan tinjanya untuk dilakukan pemeriksaan”.

                                                                            BAB III
      PENUTUP

    A.     Penutup
               Penyakit saluran pencernaan akut yang disebabkan oleh bakteri dan ditandai gejala dalam bentuknya yang berat dengan onset yang tiba-tiba, diare terus menerus, cair seperti air cucian beras, tanpa sakit perut, disertai muntah dan mual di awal timbulnya penyakit. Pada kasus-kasus yang tidak diobati dengan cepat dan tepat dapat terjadi dehidrasi, asidosis, kolaps, hipoglikemi pada anak serta gagal ginjal. Infeksi tanpa gejala biasanya lebih sering terjadi daripada infeksi dengan gejala, terutama infeksi oleh biotipe El Tor; gejala ringan dengan hanya diare, umum terjadi, terutama dikalangan anak-anak. Pada kasus berat yang tidak diobati (kolera gravis), kematian bisa terjadi dalam beberapa jam, dan CFR-nya bisa mencapai 50 %. Dengan pengobatan tepat, angka ini kurang dari 1 %.
               Diagnosa ditegakkan dengan mengisolasi Vibrio cholera dari serogrup O1 atau O139 dari tinja. Jika fasilitas laboratorium tidak tersedia, Cary Blair media transport dapat digunakan untuk membawa atau menyimpan spesimen apus dubur (Rectal Swab).
               Untuk diagnosa klinis presumtif cepat dapat dilakukan dengan mikroskop medan gelap atau dengan visualisasi mikroskopik dari gerakan vibrio yang tampak seperti shooting stars atau bintang jatuh, dihambat dengan antisera serotipe spesifik yang bebas bahan pengawet. Untuk tujuan epidemiologis, diagnosa presumtif dibuat berdasarkan adanya kenaikan titer antitoksin dan antibodi spesifik yang bermakna. Di daerah non-endemis, organisme yang diisolasi dari kasus indeks yang dicurigai sebaiknya dikonfirmasikan dengan pemeriksaan biokimiawi dan pemeriksaan serologis yang tepat serta dilakukan uji kemampuan organisme untuk memproduksi toksin kolera atau untuk mengetahui adanya gen toksin. Pada saat terjadi wabah, sekali telah dilakukan konfirmasi laboratorium dan uji sensitivitas antibiotik, maka terhadap semua kasus yang lain tidak perlu lagi dilakukan uji laboratorium

    B. Saran
               Berdasarkan uraian kesimpulan diatas maka agen infeksius menyerang pada saat tubuh kita mengalami kelemahan atau pada saat tubuh mempunyai imun yang menurun. Untuk itu penulisa menyarankan kepada semua pembaca untuk memulai pola hidup sehat dengan banyak berolah raga kemudian makan-makanan yang bergizi. Makan-makanan yang bergizi tidaklah harus dengan yang mewah-mewah namun harus dengan cara penyajian yang baik dan benar agar kadar gizi yang dibutuhkan tubuh tidak hilang.

    Daftar Pustaka

    Baratawidjaja, Karnen Garna. 1991. IMUNOLOGI DASAR. FKUI: Jakarta.
    Pusat Pendidikan. 1989. IMUNOLOGI. Balai Kesehatan RI: Jakarta.

    aplikasi ios 4.3 versi ipad


                    Sejak beberapa hari yang lalu tiap kali saya menyambungkan iPhone atau iPad ke iTunes akan muncul pesan seperti berikut: “A new iPhone software version (iOS 4.3.1) is available for the iPhone …. Would you like to download it and update your iPhone now?” Awalnya sih saya abaikan saja dengan memilih “Cancel”, tapi lama-kelamaan keingintahuan saya tergelitik untuk mencoba meng-update iPhone milik saya. Tentu saja iOS 4.3.1 akan menawarkan fitur-fitur tambahan ataupun perbaikan dari versi sebelumnya. Jika kita tidak melakukannya maka iPhone kita akan ketinggalan jaman dan mungkin tidak akan kompatibel dengan aplikas-aplikasi baru yang ditawarkan pada iTunes. Akhirnya setelah lama berpikir dan menimbang-nimbang, saya memutuskan untuk meng-upgrade versi sistem operasi iPhone saya dari iOS 4.2 ke iOS 4.3.1.

    iOS 4.3.1 – Apa Kelebihannya?

                iOS 4.3 sebenarnya telah dirilis sejak 9 Maret lalu, dua hari sebelum peluncuran iPad 2. Nah, bagi teman-teman yang baru saja membeli iPad 2 hal pertama yang akan Anda dapatkan ketika melakukan koneksi dengan iTunes adalah peringatan untuk meng-upgrade iOS perangkat Anda menjadi 4.3.1. Kira-kira apa saja tambahan pada iOS 4.3.1 ini?
    Di situs resminya, Apple menyatakan bahwa iOS 4.3.1 dimaksudkan untuk memperbaiki hal-hal berikut ini:
    • Memperbaiki kesalahan grafis yang kadang terjadi pada iPod touch generasi keempat
    • Memperbaiki bug yang berhubungan dengan aktivasi dan koneksi ke beberapa jaringan selular
    • Memperbaiki flicker pada gambar yang terjadi ketika menggunakan adaptor Apple Digital AV pada TV
    • Memperbaiki beberapa isu yang terjadi ketika melakukan koneksi ke beberapa web service
    iOS 4.3.1 ini kompatibel dengan perangkat-perangkat berikut:
    • iPhone 4 (GSM)
    • iPhone 3GS
    • iPad 2
    • iPad
    • iPod touch (generasi keempat)
    • iPod touch (generasi ketiga)
                Update iOS ini dapat dilakukan secara OTA (over the air) langsung ketika perangkat Anda terkoneksi ke iTunes atau secara offline. Saya sarankan bagi Anda yang memiliki koneksi internet yang tidak stabil untuk melakukan update secara offline karena besar file iOS yang baru adalah sekitar 600 MB untuk iPhone dan 590 MB untuk iPad. Cukup untuk membuat Anda menunggu berjam-jam jika menggunakan koneksi yang pas-pasan. Hal ini tentu saja berbahaya karena jika koneksi terputus maka otomatis update akan gagal. Lain halnya jika Anda meng-upgrade secara offline yang tentu saja sangat aman. Yang perlu anda lakukan adalah mengunduh dahulu file iOS 4.3.1 sampai selesai setelah itu baru melakukan update melalui iTunes.

    Incoming search terms:

    • apa yang terjadi setelah meng upgrade iphone 4
    • aplikasi ios 4 3 versi ipad
    • bagaimana menutuskan sambungan dari itunes ke iphone
    • cara untuk upgrade ios offline
    • iOS update offline via ituens
    • update IOS Meng unlock Iphone?
    Daftar pustaka :
    http://seputariphone.com/2011/03/31/ios-4-3-1-telah-dirilis/

    Selasa, 14 Juni 2011

    IOS 4.3 versi ipad windows yang digunakan



    Mango update yang akan diberikan akhir 2011 nanti adalah WP 7.5. 



    Bukankah Amazon masih pemilik Kindle? Kenapa mereka menggunakan iPad di komersial teranyarnya?



    Unik. Satu kata itu yang menggambarkan gaya Microsoft dalam membuat advertising buat Windows Phone 7.
    .
    Browser+ adalah sebuah aplikasi untuk piranti Windows Phone 7. Aplikasi ini mendukung third party untuk bisa digunakan .


    Microsoft mengumumkan Windows berikutnya fokus pada device berbasis ARM

    Miyowa Live Messenger WP7 Kini Dengan Push Notification

    Update Miyowa Live Messenger untuk Windows Phone 7 membawa fitur baru berupa push notifications yang memungkinkan Anda menerima pesan meski Miyowa sedang tidak dijalankan.
    Aplikasi yang memungkinkan menelepon dan berkirim SMS dari iPad telah rilis di Cydia Store.
    [VIDEO] WinPhone 7 Kontrol Rudal!


    Lebih baik Anda percaya kalau device Windows Phone 7 mampu mengontrol peluncur rudal. Kenapa? Karena Gopego bisa menunjukkan buktinya.


    Ini dia iPad versi China!


    Akhir tahun nanti Sony siap bersaing di pasar tablet. 

    Daftar pustaka
    http://www.computerworld.com/s/article/9214078/Apple_s_iOS_4.3_a_welcome_update_for_iPad_iPhone