Kodeina atau kodein
(bahasa
Inggris: codeine, methylmorphine) ialah asam opiat alkaloid yang
dijumpai di dalam candu
dalam konsentrasi antara 0,7% dan 2,5%. Kebanyakan kodein yang digunakan di Amerika
Serikat diproses dari morfin melalui proses metilasi.
Kodein yang terkonsumsi akan
teraktivasi oleh enzim
CYP2D6 di dalam hati menjadi morfin, sebelum
mengalami proses glusuronidasi, sebuah
mekanisme detoksifikasi bagi xenobiotik.
Kodein digunakan sebagai peredam
sakit ringan. Kodein selalu dibuat dalam bentuk pil atau cairan dan bisa
diambil baik secara sendirian atau gabungan dengan kafein, aspirin, asetaminofen,
atau ibuprofen.
Kodein sangat berperan untuk meredakan batuk.
Seperti semua jenis opioid, penggunaan kodeina yang
berkelanjutan mengakibatkan ketergantungan secara fisik dan psikologi. Sebuah
kelompok yang bernama Codeine Free
didirikan untuk membantu mereka yang mengalami ketergantungan pada kodeina.
Kodein merupakan obat yang paling banyak
digunakan dalam perawatan kesehatan.
Obat codein banyak digunakan
sebagai obat sakit migrain, sakit tulang belakang, sakit gigi dan sakit bulanan
(menstruasi). Tapi hati-hati jika mengonsumsi obat ini sewaktu berkendaraan
karena menjadi penyebab tingginya kecelakaan lalulintas..
Codein adalah obat yang biasanya diresepkan oleh dokter. Namun dalam dosis kecil, kandungan obat ini juga terdapat dalam parasetamol seperti Solpadeine atau bercampur dengan ibuprofen dalam Nurofen Plus. Obat-obatan tersebut bisa dibeli dengan bebas di apotik dan biasa diminum kapan saja ketika seseorang merasa nyeri atau sakit pada bagian tubuhnya.
Codein adalah obat yang biasanya diresepkan oleh dokter. Namun dalam dosis kecil, kandungan obat ini juga terdapat dalam parasetamol seperti Solpadeine atau bercampur dengan ibuprofen dalam Nurofen Plus. Obat-obatan tersebut bisa dibeli dengan bebas di apotik dan biasa diminum kapan saja ketika seseorang merasa nyeri atau sakit pada bagian tubuhnya.
Codein (codipront,
coditam)
Golongan
|
Sediaan
|
Penyakit/indikasi
|
Alasan penggunaan
|
Penghilang nyeri
golongan opioid (analgesik opioid)
|
Tablet: 30 mg
(fosfat)
|
Penghilang nyeri
opioid potensi rendah untuk nyeri rignan samapi sedang
|
Indikasi:
Nyeri ringan sampai sedang
Kontraindikasi :
Depresi napas, penyakit paru obstruktif, serangan
asma akut
Perhatian :
Gangguan hati dan ginjal; ketergantungan;
kehamilan; menyusui; overdosis
Interaksi : opioid
analgesik
Alkohol
|
Meningkatkan efek
hipotensif dan sedasi saat opioid analgesik diberikan bersama alkohol
|
Antibakterial
|
Kadar alfentanil
dalam darah ditingkatkan oleh eritromisin; hindari premedikasi dengan opioid
anlagesik disarankan oleh pabrik ciprofloxacin, mengurangi kadar
ciprofloxacin dalam darah saat ciprofloxacin sebagai antibiotik profilaksis;
rifampicin meingkatkan metabolism metadon, mengurangi efek
|
Antikoagulan
|
Tramadol meningkatkan
efek antikoagulan koumarin; dextropropoxyphene mungkin meningkatkan efek
antikoagulan koumarin
|
Antidepresan
|
Kadar konsentrasi
metadon dalam darah mungkin ditingkatkan fluvoxamin; mungkin meningkatkan
efek serotoninergik saat petidin atau tramadol diberikan dengan duloxetine;
mungkin eksitasi atau depresi system saraf pusat-SSP (hipertensi atau
hipotensi) saat opioid alanlgesik diberikan dengan MAOI, hindari penggunaan
bersama dan 2 minggu setelah berhenti MAOI; eksitasi atau depresi SSP
(hipertensi atau hipotensi) saat petidin diberikan dengan MAOI, hindari
penggunaan bersama dan 2 minggu setelah berhenti MAOI; mungkin eksitasi SSP
atau depresi (hipertensi atau hipotensi) saat opioid analgesik diberikan
dengan meclobemide; mungkin eksitasi SSP atau depresi (hipertensi atau
hipotensi) saat dextrometorphan atau petidin diberikan dengan
meclobemide, hindari penggunaan bersama; menignkatkan risiko toksisitas SSP
saat tramadol diberikan dengan SSRI atau trisiklik; efek sedasi mungkin
meningkat saat analgesik opioid diberikan dengan trisiklik
|
Antiepilepsi
|
Kadar metadon dalam
darah diturunkan oleh carbamazepin; dextropropoxyphen meningkatkan efek
carbamazepin; efek tramadol diturunkan oleh carbamazepin; fenitoin
meningkatkan metabolism metadon, mengurangi efek dan risiko reaksi putus obat
|
Antijamur
|
Ketokonazol
menghambat metabolism buprenorphin, kurangi dosis buprenorphin; metabolism
fentanil dihambat oleh flukonazol, risiko depresi napas lebih lama atau lebih
lambat muncul; kadar fentanil dalam darah mungkin ditingkatkan oleh
flukonazol dan itrakonazol; vorikonazol meningkatkan kadar alfentanil dan
metadon dalam darah, pertimbangkan menurunkan dosis alfentanil dan metadon
|
Antihistamin
|
Efek sedasi mungkin
meningkat saat analgesik opioid diberikan dengan antihistamin sedative
|
Antipsikotik
|
Meningkatkan efek
sedasi dan hipotensi saat analgesik opioid diberikan dengan antipsikotik;
meningkatkan risiko kejang saat tramadol diberikan dengan antipsikotik
|
Antiviral
|
Kadar metadon mungkin
diturunkan oleh abacavir dan nevirapin; kadar metadon dalam darah diturunkan
oleh efavirenz, fosemprenavir, melfinavir, dan ritonavir; ritonavir
meningkatkan kadar dextropropoxyphen, ririko toksisitas hindari penggunaan
bersama; kadar buprenorphin dalam darah mungkin ditingkatkan oleh
ritonavir;kadar petidin dalam darah dikurangi oleh ritonavir, tetapi kadar
metabolit toksik petidin dalam darah meningkat, hindari penggunaan bersamaan;
ritonavir mungkin mengurangi kadar morfin dalam darah, meningkatkan kadar
fentanil dalam darah; metadon mungkin meningkatkan kadar zidovudin dalam
darah
|
Ansiolitik dan
hipnotik
|
mengingkatkan efek
sedasi saat analgesik opioid diberikan dengan ansiolitik dan hipnotik
|
Atomoxetine
|
Meningkatkan risiko
aritmia ventricular saat metadon diberikan dengan atomoxetine; mungkin
meningkatkan risiko kejang saat tramadol diberikan dengan atomoxetine
|
Penyekat beta
|
Morfin mungkin
meningkatkan kadar esmolol dalam darah
|
Penyekat kanal
kalsium
|
Metabolism alfentanil
dihambat oleh diltiazem, risiko depresi napas lebih lama atau terlambat untuk
muncul
|
Domperidone
|
Analgesik opioid
melawan efek domperidon pada kerja saluran cerna
|
Dopaminergik
|
Risiko toksisitas SSP
saat petidin diberikan dengan rasagiline, hindari petidin 2 minggu setelah
rasagiline; hindari penggunaan bersama dextrometorphan dengan rasagiline;
hiperpireksia dan toksisitas SSP dilaporkan saat petidin diberikan dengan
selegiline, hindari penggunaan bersama; perhatian dengan tramadol disarankan
pabrik selegiline
|
5HT3 antagonis
|
Efek tramadol mungkin
dilawan oleh ondansetron
|
Memantine
|
Meningkatkan risiko
toksisitas SSP saat dextrometorphan diberikan dengan memantine (pabrik
memantine menyarankan penghindaran pemakaian bersama)
|
Metoclopramide
|
Analgesik opioid
melawan efek metoclopramide pada efek saluran cerna
|
Obat untuk ulkus
|
Metabolism analgesik
opioid dihambat oleh cimetidine, mengingkatkan kadar dalam darah
|
0 komentar:
Posting Komentar